Awalnya, aku divonis tidak bisa berlibur ke luar kota kerena
rangking yang turun drastis (dari 7 ke 16). Sebenarnya sih, kedua orang tuaku
tidak keberatan dengan rangkingku yang sekarang ini. Tapi, yang menyebabkan aku
gagal liburan ialah taruhanku dengan umiku. Tapi, mungkin Tuhan berkehendak
lain (kalimat yang cukup lebay). Sehabis pembagian raport, aku langsung pulang
ke rumah. Sesampai dirumah, tanpa babibu lagi, aku langsung menggeletakkan
badanku ditempat tidur (re: tanpa melepas sepatu dan mengganti baju yang
kupakai tadi kesekolah). Dan dalam sekejap, aku sudah berada di dalam dunia
mimpiku yang indah. Sekitar 2 jam, aku habiskan waktuku di dunia yang indah
itu.
Saat aku bangun dari tidur( sebenarnya bukan kemauanku bangun dari dunia mimpiku itu. Melainkan atas paksaan adikku), aku langsung dihujam dengan beberapa kalimat suruhan seperti : Cepet bangun, lepas dulu tuh sepatumu, ganti bajumu, habis itu makan dulu sana ada mie ayam spesial tuh *korbaniklan*, cepet mandi, pakai baju yang rapi, oh ya satu lagi kalo kamu sempet beresin tempat tidur. Saat mendengar kalimat perintah terakhir yang diucapkan adikku, spontan aku menjawab dengan “bacot kamu”. Jujur, aku hampir tidak pernah membereskan tempat tidurku sendiri. Kecuali, ada hal lain yang memaksaku. Seperti : ancaman pemotongan uang jajan yang tidak manusiawi (kelebayanku terulang lagi). Pada saat yang mendesak seperti ini, kemampuan otakku berada dipuncak maksimal. Langsung saja aku bilang “oke, kakak mau beresin tempat tidur. Tapi, sayangnya gak sempet jadi gak bisa”. Setelah mendengar kalimat penolakanku air muka adikku langsung berubah. Ya, perubahan yang signifikan dari wajah jahat ibu tiri dan ibu asrama dijadikan satu, langsung menjadi wajah anak bayi yang hampir menangis karena tidak diberi mainan. Karena malas mendengar ocehannya lagi, langsung saja aku pergi dan kubiarkan ia mematung di kamar.
Ternyata, ada hal yang lebih mengagetkan lagi, di ruang tamu umi, abi, dan adikku yang masih bayi sudah rapi dengan pakaian travelling mereka masing-masing beserta koper yang memuat barang yang mereka butuhkan selama liburan. Karena bingung melihat mereka, langsung saja aku bertanya “loh mi, mau pada ngapain ini?” “mau tidur. Ya mau pergilah kak!” “mau kemana?” “udah gak usah tanya-tanya dulu. Cepet mandi gih sana! Nanti kalau gak cepet-cepet kita terlambat lagi! ” Tanpa babibu lagi, aku langsung aja mandi. Sewaktu aku mau ambil baju di lemari, aku dikagetkan lagi karena ketidakadaan baju-bajuku disana. Spontan aku beretriak “Miii... baju kakak pada kemanaan sih?” “ooh itu udah pada umi masukin koper. Kakak pakai aja baju yang diatas meja rias kakak! Itu udah umi siapin”. Tanpa nyari-nyari lagi, aku langsung menemukan baju yang dimaksud umiku. Setelah pakai baju itu, aku langsung keluar kamar dan bertanya dimana koperku, dan mau pergi kemana sebenarnya.
Setelah tahu koperku ada di kamar umiku, dan aku akan pergi ke Jakarta, aku langsung mengambil koperku yang ada di kamar umiku, menyeretnya keluar dan akhirnya meletakkannya di dalam bagasi. Di perjalanan menuju bandara, umiku bercerita banyak tentang rencana liburan yang freak ini.
Sesampainya di bandara, tanpa babibu lagi aku sekeluarga langsung cepat-cepat check-in. Check-in udah, setelah itu aku menunngu jam keberangkatan di ruang tunggu. Tidak lama aku menunggu, jam keberangkatan pesawatku pun tiba. Di pesawat aku menghabiskan waktuku dengan tidur. Gak terasa aku udah nyampe aja di Jakarta. Setelah ngantri ambil bagasi, aku langsung cepat-cepat keluar pintu dan melihat sepupuku yang datang buat jemput aku dan keluargaku.
Nah, abis itu, aku sama orangtuaku dan adikku langsung cepet-cepet naruh barang di bagasi mobil dan cabut dari bandara. Di perjalanan menuju rumah, sebenarnya, aku dan yang lain rada gak yakin kalo bisa nyampe rumah dengan selamat. Gimana enggak? Sepupuku itu, umurnya gak lebih tua daripada aku. Cuma beda seminggu. Dan dia memberanikan dirinya buat nyetir mobil. Itu hal yang We Owe atau WOW banget.
Karena takut kenapa-napa, akhirnya dengan berat hati, umiku
mengambil alih kendali mobil. Walau belum ngerasa aman-aman banget karena,
umiku nyetir dalam keadaan cape dan ngantuk, paling enggak lebih baik lah
daripada sepupuku itu yang nyetir. Gak lama kemudian, aku udah nyampe aja
dirumah. Disana, aku langsung masuk kamarku, mandi, dan main bareng sepupuku
yang udah pada ngumpul duluan. Sekitar pukul jam 11.30 waktu sana aku baru
tidur.
Nah, liburanku sekarang memasuki hari ke-2. Di hari kedua ini, aku berniat untuk menjenguk sepupuku yang udah lama dirawat di RSCM. Kenapa? Yapp.. ia atau lebih tepatnya mereka terlahir dalam keadaan kembar siam. Setelah mereka melakukan operasi pemisahan, mereka melewati hari-hari mereka di rumah sakit. Mungkin, hanya 3 bulan lamanya mereka tinggal di rumah mereka sendiri. 2 setengah tahun dari waktu mereka, mereka habiskan di rumah sakit.
Perjalanan ke RSCM sangat mulus. Hanya sedikit macet saja. Ya namanya juga Jakarta, kalo gak macet bukan Jakarta namanya. Sesampainya disana, aku berjalan sendiri ke kamar sepupuku. Kamar mereka lumayan jauh. Nah, waktu aku lagi jalan ke kamar mereka, aku seperti mencium bau yang euuhh sekali. Ternyata, bau itu berasal dari bau kamar disebelah kananku yang ternyata adalah kamar mayat. Salah satu ide yang ada di otakku saat itu hanya “cepet-cepet -lari -sambil -teriak- biar-ada-orang-yang-tau-kalo-aku-butuh-bantuan-dan-segera-menolongku”. Tanpa awalan, aku langsung lari sekenceng-kencengnya. Dan larianku itu membawa aku ke meja recepsionist.
Disana, aku melihat umiku yang sepertinya sedang nungguin anaknya yaitu aku yang kesesat. Saat melihat penampakanku, umiku dengan gayanya yang lebay langsung memelukku. “kakak gak apa? Kemana aja sih tadi? Umi cariin gak ada” “Anu mi, kakak tadi mau cari kamarnya nabila sama nayla sendiri. Eh, gaktaunya nyasar ke kamar mayat”. “Kakak masuk?” “Enggak sih, tadi kakak gak tau juga. Kamar mayatnya gak beda-beda banget sama kamar biasa. Cuma baunya aja yang beda” “Lagian kakak… kamar anaknya Om Imam itu ada di atas, di kamar steril!”
Setelah mendengarkan penjelasan yang panjang lebar dari umiku, aku masih merasa aneh dengan rumah sakit yang super besar ini. Walaupun aku dilahirkan di Rumah Sakit ini, ada rasa aneh gitu… akhirnya, aku sampai di kamar sepupuku itu. Kamrnya super besar dan, yang pasti super steril. Aku aja sampe ngedumel dalam hati saat disuruh cuci tangan pakai sabun, antiseptic, dan betadine. Disuruh pake baju, sarung tangan, dan topi steril warna hijau khas rumah sakit ke dalam. Dan yang lebih-lebih lagi, kita disuruh lepas sepatu atau sandal yang kita pakai ke dalam kamarnya. Dan, kita pun harus mencuci kaki kita dengan bahan-bahan yang sama saat kita mencuci tangan kita. Memang itu semua bertujuan untuk mencegah kuman atau bakteri yang memenuhi ruangan. Karena, tissue explander yang dipasang di badan keduanya mudah sekali terinfeksi.
“Rasa kakak, waktu kita kesini gak segininya deh sterilisasinya.” “Kan, dulu mereka masih di dalam box apa itu namanya? Sekarang kan udah di kasur biasa, jadi ahrus lebih steril.” Aku hanya bisa membentuk bulatan di bibirku. Dan akhirnya, aku beserta umiku masuk kedalam. Kasihan banget deh kalo ngeliat mereka. Nayla jantungnya belum benar-benar tertutup walau umurnya udah hamper 3 tahun. Dan Nabila, gak memiliki rangka asli. Rangka yang ia miliki adalah rangka buatan para tim dokter yang bekerja khusus untuk mereka. Dan untuk penutupnya, di gunakan kulit dari paha Nabila dan saudaranya Nayla. Alat dokter banyak terpasang di bagian dadanya. Sungguh miris sekali kedaan mereka.
Ini salah satu foto Nabila
Kalau yang ini fotonya Naila
Nah, yang ini foto lama mereka, waktu belum di operasi
Udah dulu ya, nanti dilanjutin deh. Bye.. *ciumjauh* mwah :*
wadoh... postingan liburanlagi yang cuma satu baris, napa ya koq sama semuanya...
BalasHapusyee. belom dilanjutin tau! Nanti bakal ada lanjutannya tunggu aja
BalasHapus